Key Debates in Anthropology

Rabu, 28 Desember 2011


Judul; Key Debates In Anthropology
Size; 1.67 MB (1,754,437 bytes)
Type; .PDF
Edited by; TIM INGOLD

Download; Key Debates in Anthropology.pdf











FUNGSI DAN STRUKTUR SOSIAL

Senin, 10 Oktober 2011
Kali ini Postingan saya mengangkat topik FUNGSI DAN STRUKTUR SOSIAL. Tulisan ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dosen saat saya mengambil Mata Kuliah Teori Antropologi. Dalam tulisan ini penulis menyadari banyak kekurangan, sehingga kritikan dan sara dari para pembaca sangat diharapkan..

FUNGSI SOSIAL
Dapat dikatakan asumsi mengenai cara kerja Antropologi adalah Etnografi, dengan melukiskan kebudayaan suatu suku bangsa. Apa yang terdapat didalamnya adalah hubungan berintegrasi antar aspek-aspek kebudayaan meskipun hanya terdapat satu aspek yang menjadi fokus, misalnya ekonomi atau religi. Itulah merupakan bahan mentah. Kemudian diabstraksikan, dianalisis lebih lanjut maka menghasilkan tiga tingkat abstraksi mengenai fungsi sosial.
Tingkat abstraksi pertama adalah fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan mengenai pengaruh atau efeknya terhadap adat, tingkah laku dan pranata sosial yang lain dalam masyarakat. Maksud dari tingkat abstraksi pertama ini adalah kembali kepada apa yang dianjurkan Malinowski yakni penulisan etnografi secara berintegrasi, bagaimana seni berhubungan dengan religi. Misalnya sarung Sutra Mandar yang merupakan salah satu bentuk karya seni dari kebudayaan Mandar, merupakan lambang yang dianggap suci dan pelengkap upacara ritual dalam kehidupan masyarakat, seperti upacara pelantikan pejabat, penjeputan tamu, kelahiran, perkawinan, sunatan hingga pada upacara kematian. Disisi lain, keunikan motif menyebabkan sarung Sutra Mandar bernilai ekonomis dan usaha penenunan sarung Sutra juga merupakan salah satu sumber mata pencaharian masyrakat Mandar. Juga dari aspek sosial, secara umum digambarkan bahwa kepandaian menenun sarung dilakukan oleh kaum wanita, kemampuan seorang wanita menenun menggambarkan kesabaran, ketekunan, keuletan, hal ini dianggap sesuatu yang membanggakan. Sehingga satu aspek saja yang dilihat yakni seni, juga mengandung unsur-unsur lainnya. Inilah yang dimaksud dalam abstraksi tingkat pertama.
Tingkat abstraksi kedua ialah fungsi sosial dari sudut adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai maksudnya, seperti yang dikonsepsikan masyarakat yang bersangkutan. Atau pemahaman suatu institusi di dalam konsep-konsep atau istilah-istilah sepeeti dibatasi oleh anggota suatu masyarakat. Contohnya sekarang terdapat pranata-pranata buatan manusia seperti Arisan (pranata sosial), kemudian pengajian (pranata agama), kalau koperasi itu lebih bersifat sosial karena tolong-menolong, sedangkan ekonomi itu yang mau mendapatkan keuntungan, misalnya industri (pranata ekonomi). Masing-masing pranata tersebut saling membutuhkan untuk mensukseskan kegiatannya. Misalnya pranata arisan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan usaha kecil, kemudian pengajian supaya agama dan keyakinan bertambah mantap, sedangkan usaha industri agar supaya produk tertentu produktifitasnya dapat meningkat dan laku. Kemudian orang melakukan arisan. Di dalam arisan itu terdapat pengajian supaya orang yang datang arisan dapat belajar agama. Kemudian di situ juga diadakan demo produk industri. Dan disitu sangat disadari dibutuhkan seperti yang dikonsepsikan atau diinginkan.
Tingkat abstraksi ketiga ialah fungsi sosial dari suatu adat atau pranata sosial mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara berintegrasi dari suatu sistem sosial yang tertentu. Contohnya, arisan melibatkan sosial,  agama berkenaan dengan keyakinan, ekonmi yang membutuihkan pendapatan atau keuntungan, kesemuanya ini sesungguhnya dimaksudkan untuk mencapai suatu kemantapan tatanan sosial atau kestabilan sosial. Artinya kebutuhan akan religi, ekonomi dan semua institusi direduksi untuk sosial.

STRUKTUR SOSIAL
Dalam Antropologi terdapat beberapa macam teori Struktural, namun konsep ini pertama kali diajukan oleh seorang ahli berkebangsaan Inggris, yakni A.R.Radclife Brown. Meskipun konsep ini sering digunakan dalam tulisannya, penjelasan secara jelas dan ringkas diberikan dalam pidato pengukuhan sebagai ketua lembaga Antropologi “Royal Anthropological Institutue of Great Britain and Ireland” pada tahun 1939. Dalam pidatonya dia menerangkan bahwa teori struktural terdiri dari 11 tese. Namun tese pertama hingga keempat sama dengan ketiga tingkat abstraksi milik Malinowski. Dalam keempat tese pertama itu, Brown ingin menerapkan metode ilmu alam untuk mengkaji sosial-budaya. Dia ingin menyamakan masyarakat memiliki unsur-unsur. Menurutnya masyarakat memiliki unsur-unsur  karena dia adalah struktur seperti organisme dan dia mirip dengan alam.
Dalam tese kelimanya, Brown sampai pada inti teorinya dengan mengatakan bahwa struktur sosial merupakan total dari jaringan hubungan antar individu atau person-person dan kelompok-kelompok person. Dimensinya ada dua, yaitu hubungan diadik-hubungan antar pihak pertama (person) dan pihak kedua (kelompok), dan juga diferensial antar satu pihak dengan beberapa pihak yang berbeda-beda, atau sebaliknya.”Bentuk dari struktur sosial” adalah tetap, dan jika berubah, proses itu biasnya berjalan lambat. Sedangkan “realitas struktur sosial” atau wujud dari struktur sosial, yaitu person-person atau kelompok-kelompok yang ada didalamnya selalu berubah atau berganti. Tentunya ada beberapa peristiwa yang dapat juga membentuk dari struktur sosial itu mendadak berubah, seperti peristiwa perang atau revolusi.
Sebagai contoh keluarga. Keluarga merupakan satu organisasi atau lembaga yang memiliki seorang ayah, seorang ibu dan beberapa anak, yang merupakan unsusr-unsur dari keluarga inti. Unsur tersebut jika disatukan akan memebentuk suatu organisasi dengan sebuah struktur kelurga inti. Yang dimaksud struktur dalam struktur sosial adalah keseluruhan jaringan, atau hubungan antara ketiga unsur keluarga tersebut. Jaringan dapat dilihat lewat pranata dan aturan. Aturan itu menggariskan status dan peran tiap anggota keluarga. Misalnya, anak harus membantu orang tua, belajar, dsb. Atau pada saat anak bertemu dengan orang tuanya, apakah dia tunduk kemudian berbicara atausambil melihat wajahnya. Kemudian bagaiman berhubungan dengan ibunya, tentunya berlainan berdasarkan kebudayaan masing-masing orang.

Encyclopedia Of Social and Cultural Anthropology

Kamis, 29 September 2011
Judul; Encyclopedia of Social and Cultural Anthropology
Editor; Alan Barnard dan Jonathan Spencer
Tahun; 2002 (First Publish)
Penerbit; Routledge
Halaman; 688 Page
ISBN; 0415285585
"Ensiklopedia Antropologi Sosial dan Budaya ini memberikan pandangan tentang, ide-ide, argumen dan sejarah disiplin ilmu yang mengkaji mengenai kehidupan sosial budaya masyarakat.
Teori, Etnografi dan Sejarah digabungkan dalam kurang lebih 230 tema besar dari beberapa topik, seperti Ras, Posmodernisme, Ilmu Sihir dan Esensialisme, Magic dan Metodologi.
CAKUPAN
  • Sejarah penelitian Antropologi, Kolonialisme, Orientalisme, Oksidentalisme, Teori-teori Budaya dan masyarakat.
  • Kekerabatan, Gender dan Keluarga, Pernikahan, Tubuh
  • Ritual dan Agama, Bahasa dan Linguistik, Puisi, Literasi, Estetika, Film, Museum.
  • Hubungan dengan disiplin ilmu lain (mis; arkeologi, sosiologi)
JANGAN LUPA SHARE LINK AND COMMENTNYA YACH!!!

Social Anthropology and Human Origins

Rabu, 28 September 2011
Judul; Social Anthropology and Human Origins
Pengarang; Alan Barnard
Tahun; 2011 (Edisi 1)
Penerbit; Cambrigde University Press, New York, US
"Buku ini baru saja saya download (skitar 15mnit yg lalu sblum postingan ini sy buat). Buku ini kiriman dari senior saya (Ka' Fez). Dalam buku ini Penulis memaparkan asal usul (Human Origins) dan perkembangan manusia, namun bukan dari sudut pandang Biologi (C. Darwin), Penulis menggunakan sudut pandang Sosial".
Review bukunya hanya singkat dan mungkin masih ad kekurangan, soalnya belum tuntas bacanya.. Diatas cuma review secara umum. So, yang tertarik buat miliki buku ini, bisa menghubungi saya (Via FB, Twitter or YM)..

Free Software; GenoPro 2007 V2.0.1.4

Selasa, 27 September 2011
Postingan kali ini bukan tentang Tulisan, Ebook atau Jurnal yang berhubungan dengan Ilmu Sosial, khususnya Antropologi.. Namun kali ini sy upload sebuah software. Loh!! trus.. apa hubungannya dengan dengan Antro?? Hubungannya, yah software ini dipake sbage alat bantu dalam sebuah riset (biar tdk cpek buat pohon kluarga scara manual), khususnya yg fokus risetnya mngenai kekerabatan, sperti yg kami lakukan wktu Paltihan Dasar Penelitian Antropologi tahun 2008 di Pulau Bone Tambu. Namun bukan hanya itu, fokus lainnya pun jga bisa pake koq (Struktur dan jaringan organisasi misalnya, dan msih banyak lgi, yg mesti ada bagan2nya..). Software ini pertama kali sy dpt dri Dosen sy (Ka’ Neil), trus yg ngajarin cara makenya Ka’ Fez ma Ka’ Yuli J...
Yah sudah basa-basinya.. nama softwarenya GenoPro 2007 versi 2.0.1.4, compitable di Windows XP, Vista ma Win7 (klo win8 kurang tau soalnya blum cobo., buat tmn2 yang tertarik untuk mencobanya.. silahkan di download softwarenya (link ad dibwah).
SELAMAT MENCOBA yah!!!!

KONSEP ADAPTASI, EKOSISTEM DAN LINGKUNGAN

Minggu, 25 September 2011
Dalam studi mengenai lingkungan sangat kental dengan konsep adaptasi, selain konsep lingkungan itu sendiri yang serupa dengan konsep ekosistem.
Adaptasi merupakan konsep yang telah lama digunaka dalam studi ekologi budaya/ekologi manusia sejak digunakan pertama kali oleh Julian Steward (1955). Dari sudut pandang ekologi manusia, Adapatasi difahami sebagai suatu strategi penanggulangan oleh manusia dalam merespon umpan balik negatif dari lingkungan hidup suatu makhluk hidup[1]. Umban balik yang dimaksudkan adalah segalag perubahan yang disebabkan oleh lingkungan, baik ekosistem/lingkungan biofisik dan sistem sosial[2].
 Berdasarkan hal tersebut ditas maka, adaptasi terbagi dalam tiga tipe; adaptasi cara fisiologi, adaptasi cara perilaku dan adaptasi cara kebudayaan[3]. Adaptasi cara fisoliologi dan cara perilaku merupakan adaptasi biologi atau evolusi, agar manusia dapat bertahan hidup dan berhasil bereproduksi. Sedangkan adaptasi secara kebudayaan atau adaptasi tipe ketiga, difahami sebagai; “proses budaya yang terjadi dalam rangka untuk memelihara keseimbangan antara populasi penduduk dengan sumber daya alam dalam suatu ekosistem”[4].
Dengan demikian, secara sederhana adaptasi merupakan respon dari hambatan yang bersifat negatif bagi makhluk hidup. Hambatan tersebut terjadi akibat keterbatasan fisik makhluk itu sendiri, selain memang telah menjadi hukum alam. Bagaimana pun juga, dalam hal ini yang menjadi inti adalah hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya, dimana secara keseluruhan semuanya hidup dalam suatu ekosistem.

Strategi Adapatasi atau Penyesuaian Diri (Adjustment)
Secara umum, strategi adaptasi (adaptive stategy) dapat diartikan sebagai rencana tindakan yang dilakukan manusia baik secara sadar maupun tidak sadar, secara eksplisit maupun implisit dalam merespon berbagai kondisi internal atau eksternal[5]. Sementara itu, Marzali dalam bukunya menjelaskan secara luas strategi adaptasi adalah merupakan perilaku manusia dalam mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dalam menghadapi masalah-masalah sebagai pilihan-pilihan tindakan yang tepat guna sesuai dengan lingkungan sosial, kultural, ekonomi, dan ekologis di tempat dimana mereka hidup[6].
Berdasar penjelasan Amri Marzali diatas, sangat erat kaitannya dengan konsep lingkungan hidup dalam studi mengenai lingkungan, atau konsep lingkungan bianaan (managed ecosystem)[7], yaitu; lingkungan yang memiliki pengaruh dari manusia baik langsung maupun tidak langsung[8]. Konsep ini juga tertuang dalam Undanga-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup[9] , yakni Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesauan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya.
Adaptasi bukan hanya terjadi di satu tempat saja melainkan di berbagai tempat, tidak terkecuali di kota. Keanekaragaman suku-bangsa dan golongan sosial di kota, telah memunculkan terjadinya berbagai strategi adaptasi. Pemahaman terhadap strategi adaptasi yang diterapkan mencerminkan bentuk kognitif yang dipelajari melalui sosialisasi dari pendukung suatu budaya, yang kemudian diharapkan mampu memberikan penjelasan terhadap fenomena sosial yang dihadapi[10]. Kapasitas manusia untuk dapat beradaptasi ditunjukkan dengan usahanya untuk mencoba mengelola dan bertahan dalam kondisi lingkungannya. Kemampuan suatu individu untuk beradaptasi mempunyai nilai bagi kelangsungan hidupnya. Makin besar kemampuan adaptasi suatu makhluk hidup, makin besar pula kemungkinan kelangsungan hidup makhluk tersebut[11].


[1] Emilio F. Moran. 1982:05. Human Adaptability; An Introduction to Ecological Anthropology. Westview Press. Boulder, Colorado.
[2] ibid
[3] ibid
[4] Johan Iskandar. 2009:209. Ekologi Manusia dan Pembangunan Berkelanjutan. Program Studi Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Padjadjaran.
[5] Op.cit Point 3. Hal.6
[6] Amri Marzali. 2003:26. Strategi Peisan Cikalong dalam Menghadapi Kemiskinan. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
[7] Op.cit Point 4. Hal.17 
[8] Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir (ed). 1987:3. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan. Penerbit UI-Press. Jakarta
[9] ibid
[10] Dr. Hari Poerwanto. 2006:242. Kebudayaan dan lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Cetakan Ketiga. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta
[11] Otto Soemarwoto. 2008:45. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Cetakan Kesebelas. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Teori Strukturalisme dan Perkembangannya

Sabtu, 24 September 2011
Berbicara tentang teori Stukturalisme dalam disiplin ilmu Anthropology tentunya kita tidak bisa memisahkannya dari teori Fungsionalisme atau Stuktural-Fungsionalisme. Berdasarkan hal ini, jika ingin mempelajari teori-teori dan konsep-konsep yang terdapat dalam pemikiran strukturalisme, tentunya kita tidak bisa mengabaikan pemikiran Fungsionalisme atau Struktural-Fungsionalisme. Bahkan dalam perkembangannya hingga saat ini, pengaruh pemikiran Funsionalisme ini masih tetap besar dalam Antropologi. 
Penulis; Ruddy Agusyanto, M.Si

Struktural Levi Strauss dalam Si Kabayan

Kita tahu, bahwa sebuah dongeng merupakan gambaran kejadian pada zaman dahulu. Biasanya disampaikan dalam bentuk lisan. Kemudian pada perkembangan berikutnya cerita-cerita itu ditulis dan dipublikasikan. Dongeng mungkin cerita khayalan, tetapi dari situ kita bisa melihat bahwa khayalan dalam dongeng bukan khayalan yang tanpa pijakan. Dongeng tetap mempunyai sumber dari mana dirinya datang. Dalam hal inilah Levi Strauss mengatakan bahwa dongeng merupakan hasil dari nirsadar seseorang atau kelompok masyarakat. Karena itu untuk memahami struktur mitos dapat dijelaskan dengan menunjuk pada fungsinya, yakni sebagai media untuk mengembangkan suatu argumen logis dalam bentuk proposisi-proposisi. Melalui cara ini mitos dianggap dapat membantu memecahkan atau menjelaskan berbagai kontradiksi yang ada dalam berbagai kepercayaan yang dianut oleh suatu masyarakat (Ahimsa, 2001). Melalui pemikiran tersebut, sebagai asumsi dasar, penulis mencoba menganalisis Si Kabayan dengan menggunakan pendekatan Strukturalisme Levi Strauss.

Struktural-Fungsionalis

This article deals with the concepts of function and social structure, developed by two leading figures in British Social Anthropology, Radcliffe -Brown and Malinowski, before the Second World War. In this article, the author distinguishes Malinowski's concept of function from Radcliffe -Brown's, delineates Radcliffe-Brown's concept of social-structure and Evans-Pritchard's review of this concept. This article particularly inteds to help the Indonesia students to study anthropological theory in their own language.

Software; Save As PDF and XPS

File ini adalah file plugin dari microsoft word 2007 agar MS word 2007 bisa menyimpan file yg sudah kita ketik (mis; Microsotf Word) ke dalam format PDF dan XPS. TERTARIK???

untuk itu ikuti langkahnya;

  1. Download file  dari microsoft SaveAsPDFandXPS.exe
  2. Jalankan file SaveAsPDFandXPS.exe (klik 2x File)
  3. Kemudian ikuti instruksi instalasi SaveAsPDFandXPS
  4. Setelah instalasi, sekarang anda tinggal membuka dokumen Anda menggunakan microsoft office 2007, (contoh: microsoft word)
  5. Klik menu utama microsot word, kemudian pilih menu Save As
  6. Apabila instalasi SaveAsPDFandXPS benar maka seharusnya terdapat menu PDF and XPS dalam sub menu Save As. Kemudian klik Publish.